Assalamulaikum semua….
Klise emang. Gue selalu bilang
ini disetiap awal tulisan gue. Artinya, gue emang jarang menulis. Hahha,
maklum, sindrom sok sibuk gue kumat. Padahal Cuma asik sendiri doank. Udahlah,
sekarang gue akan nulis dikit tentang fenomena yang ada disekitar kita. Taukan
ya? Beberapa waktu lagi kita akan dihadirkan PEMILU. Udah banyak yang mungkin
yang nulis tentang ini di media masa, cetak elektronik, atau media social.
Banyak cara-cara pemerintah dalam menggalangkan anti Golput, atau Golongan
Putus Asa. Terutama bagi banyak orang yang merasa muak dan bosen ama
pemerintahan sekarang. Bosen ama janji-janji belaka. Bosen ama setiap keadaan
yang ga berubah dari waktu kewaktu. Yah, meski ga semuanya bosen sih. Sekali
lgi gue tekanin, yg bosen hanya sebagian orang ya. Masih banyak juga diantara
masyarakat kita yang udah paham akan pentingnya PEMILU. Banyak yang udah
mengerti juga keadaan pemerintah. Tentu aja diantara mereka pada nyari tau
sendiri, atau dikasih pendidikan politik yang baik.
Sayangnya, ga semua masyarakat
yang siap untuk pendidikan politik ini. Bagi sebagian orang, politik adalah
sebuah penyakit yang harus dihindari. Ga sedikit juga yang ga mau tau atau
tidak peduli dengan kondisi Negara. Hmmm, kalo gue bilang sih, bukan salah mereka
juga. Pasalnya, banyak juga dari masyarakat kita berpikir gini “Dari pada gue
mikirin Negara, mending gue pikirin buat makan besok.” Termasuk gue mungkin.
Hhahaha…
Minggu udah masuk ke fase
kampanye terbuka. Semua partai berlomba-lomba dalam menjual calegnya. Paling
gampang sih, bagi partai yang emang udah punya media hebat. Kayak TV atau media
cetak gitu. Yah, kalian bisa liat sendiri, kalo mereka yang punya TV, punya
advantage sendiri. Diantaranya, mereka bisa lebih mudah mempublikasikan caleg
mereka, program mereka, dan tentu saja aktifitas mereka. Mereka ga akan ada
batas dalam promosi. Bisa live dalam meliput, bahkan bisa mengulang tayangan
sesuka hati mereka. Berbahagialah mereka. Hehehhe… bahkan mungkin mereka bisa
memanipulasi berita dari partai lain. Upps, gue ga bermaksud suudzon. Semua
kemungkinan bisa terjadi. Tapi sekali lagi, itu adalah keuntungan mereka.
Mereka bisa membangun opini tertentu sesuai yang mereka inginkan. Kadang
positif kadang negative. Tergantung penerimaan dari masyarakat kita sekarang. So,
bagi umat Muslim, bikinlah media yang bisa membuat kita memenangkan Agama ini. Hahaha,
bahasa gue udah mulai berat nih. Santai aja Bro dan Sista J
Animo masyarakat tentang PEMILU
pun udah terbentuk kayaknya. Banyak yang mulai hunting inpo-inpo tentang
kandidat yang akan mereka pilih. Banyak juga yang udah menyebar berbagai
artikel tentang caleg itu sendiri. Ada yg dari pendukungnya, tim sukses, bahkan
ada pula artikel dari para pengagum/simpatisan saja. Ga sedikit juga yang
menyebar fitnah, rekayasa cerita atau bahkan tuduhan-tuduhan yang jahat yang
bisa menjatuhkan kandidat lain. Cara kotor ini sebenernya tidak diperbolehkan.
Ya iyalah noyaaa. Pleaseeee deh >,<. Tapi apa dikata, itulah yang banyak
terjadi. Hahaha, gue agak khawatir aja sama orang-orang yang memfitnah itu. Bukannya
fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan? Atau yang membuat rekayasa itu, apa
mereka ga sadar dengan perbuatan mereka. Yah, Allah SWT sebaik-baik Pemberi
Balasan.
Kembali lagi pada golongan putih.
Lha kok golongan putih? Putih itu berartikan bersih dan suci ya. Berarti orang
tidak memilih berarti itu suci dan ga kotor? Jadi, yang milih berarti kotor? Atau
gimana sih sebenernya? Bingung kan lu? Apalagi gue. Hahahaha… mungkin maksudnya
ada GOLONGAN PUTUS ASA.
Menurut gue, orang-orang yang
tidak memilih adalah orang-orang yang menganggap dirinya bersih. Dengan dia
tidak memilih, berarti doi terbebas dari dosa-dosa yang nantinya akan dibuat
oleh sang pemimpin. Doi terbebas dari beban Negara, terbebas pula dari tanggung
jawab untuk Indonesia. Itu artinya juga, doi ga berhak mengomentari apapun
tentang pemerintah. Harusnya mereka nantinya hanya sebagai penonton. Karna apa?
Doi ga milih, doi ga ikut serta, doi ga berpartisipasi pada PEMILU. Jadi INTINYA,
doi ga berhak dalam apapun. So, kalo kalian ga mau kehilangan hak, mari
memilih.
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."
Dari Ibnu ‘Umar radliyallahu ‘anhuma, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Bagi setiap muslim, wajib taat dan mendengar kepada pemimpin (penguasa) kaum muslimin dalam hal yang disukai maupun hal yang tidak disukai (dibenci) kecuali jika diperintahkan dalam maksiat. Jika diperintahkan dalam hal maksiat, maka boleh menerima perintah tersebut dan tidak boleh taat.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dari ‘Auf bin Malik radliyallahu ‘anhu, beliau berkata:”Aku mendengar Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam bersabda : “Sebaik-baik pemimpin kamu adalah pemimpin yang kamu cintai dan ia pun mencintaimu. Kamu mendoakannya, dan ia pun mendoakanmu. Adapun seburuk-buruk pemimpin kamu adalah pemimpin yang kamu benci dan ia pun membencimu. Kamu melaknatnya dan ia pun melaknatmu”. Kami (para shahabat) bertanya : ”Wahai Rasulullah, apakah kami boleh melawan mereka dengan pedang (memberontak) atas hal itu ?”. Beliau shallallaahu ’alaihi wasallam pun menjawab : ”Jangan, selagi ia masih menegakkan shalat bersamamu” (dua kali). Ketahuilah, barangsiapa yang dipimpin oleh seorang pemimpin, kemudian ia melihat pemimpin tersebut melakukan kemaksiatan kepada Allah, maka bencilah kemaksiatan tersebut, dan jangan melepaskan tangan dari ketaatan kepadanya” (HR. Muslim)
Hadist diatas menggambarkan
pentingnya kita taat pada Allah, Rasul dan Ulil Amri. Yang kalo gue artikan
Ulil Amri adalah pemimpin kita. Sekarang pasti pertanyaan yang muncul dibenak
kalian readers gue, pemerintahan yang
seperti apakah yang ada di Indonesia? Layakkah kita taat pada mereka? Dzalimkah
mereka? Apakah semua pemimpin negeri ini hanyalah sekelompok kumpulan munafik
yang haus kekuasaan? Ataukah mereka hanya ingin bermain-main dengan Negara ini?
Jujur, gue sendiri ga bisa
menjawab pertanyaan itu dengan baik dan benar. Tapi yang gue tau, selagi masih
ada pemimpin yang taat kepada Allah, selagi masih ada pemimpin yang sujud
kepada Allah, mengidolakan Rasullullah, dan menjalankan syariat agama Islam,
kita wajib untuk taat dan patuh pada mereka. Sebagai contohnya adalah Majelis
Ulama Indonesia. MUI adalah kumpulan ulama-ulama hebat yang sudah memiliki ilmu
yang mumpuni untuk mengeluarkan fatwa. MUI juga tidak didominasi oleh satu
kumpulan atau partai. Mereka adalah orang-orang yang sudah sangat berkompeten
dalam agama. Latar belakang pendidikan mereka ga maen-maen. Banyak yang udah
Master, Profesor dan Kiai. Baik dari dalam dan luar negeri. So, pasti mereka dalam
memutuskan sebuah Fatwa bukan tanpa ilmu dan pertimbangan.
Para ulama ini, MUI memutuskan “Tidak
memilih itu adalah salah satu perbuatan dosa”. Tuh, udah keluar Fatwa
yang melarang untuk jadi golongan yang tidak memilih. Nah, kalo pemimpin
seperti ini tidak kita taati, siapa lagi yang akan kita hormati. Tentu saja
tidak ada manusia yang sempurna. Pasti ada salah dan khilaf dalam kehidupan
kita. Tapi setidaknya, di Indonesia, masih memiliki banyak pemimpin yang
berkualitas dan taa kepada Allah. Kenapa kita tidak mencoba untuk memilih dari
sekarang untuk pemimpin semacam apa yang kita butuhkan. Dari pada Cuma bisa
mengeluh, mengomel, mengumpat bahkan memfitnah serta menjatuhkan, kenapa ga
coba selidiki kandidat-kandidat yang siap untuk menjadi pemimpin selanjutnya.