Assalamualaikum wr. wb
Kali ini tak biasa. Sangat berbeda
Pukul 05.30 Tugu Tani telah
dipadati masyarakat yang ingin ikut serta dalam Aksi Bela Palestina. Masyarakat Indonesia yang harusnya bisa menikmati akhir minggu dengan tenang dihari yang mendung dan dingin. Ojek
Online yang gue tumpangi, tidak bisa maju lagi saat akan memasuki wilayah Tugu
Tani. Bahkan berjalan kaki terasa lebih cepat daripada menggunakan kendaraan. Sementara,
gue kudu harus udah sampai di posko Sunduq, jam 5.30 ini. Alhasil, dengan berdesakan, sedikit berlari kecil, dan menikmati pemandangan indah, langit Gambir penuh dengan Bendera Ar-Rayah dan Al-Liwa (Jazakallah buat Ust. Felix, yang lewat mulut beliau, umat Islam Indonesia jadi mengenal Bendera Islam ini), Bendera Indonesia dan tentu saja bendera Palestina, gue berhasil
masuk tepat pada pukul 06.00 dan Monas udah terasa sesak.
Biasanya kalo aksi, peran gue
hanya dua, yaitu sebagai pemungut sampah atau pemungut donasi dari para peserta
untuk Palestina. Dan kali ini, peran yang kedualah yang gue mainkan. Gue berkeliling
membawa sunduq (kain untuk menyimpan donasi), dan menjelajahi sekitaran monas
untuk mengajak peserta mau berdonasi. Yang kemudian donasi-donasi ini akan disalurkan melalui lembaga-lembaga yang memang khusus bergerak untuk kesejahteraan Palestina.kebetulan saat yang gue bawa adalah dari Komite Nasional untuk Rakyat Palestina
Masyarakat Indonesia itu
kaya-kaya. Kaya hati, Kaya harta dan sangat peduli sesama pastinya. Dan pelajaran
yang saya sangat hargai dari perjuangan kemarin adalah “Jangan nilai seseorang
dari penampilannya. Bisajadi yang lusuh, dan terlihat sangat tidak rapi, justru
sangat berani pula berbagi rezekinya yang tidak seberapa bagi sebagian orang dengan saudara-saudara kita di Palestina. Dan
itu yang gue rasa kemarin. Saat melewati sepasang ibu-bapak yang tua, mereka
menikmati mendengar ceramah dan orasi dari panggung, gue pun hadir dengan salam
dan menyapa mereka.
“Assalamualaikum bapak, bunda. Donasinya
buat Palestina” sapa gue.
“Walaikumsalam dek.”
Bergegas
kedua orang tua ini merogoh kantong celana dan si ibupun tidak ketinggalan mengaduk-ngaduk tas
tuanya untuk mencari sejumlah uang. Dan serempak, dengan tangan keriput mereka
memasukkan uang kedalam kain sunduq yang sedari tadi gue sodorkan kearah
mereka. Sekilas gue lirik, mereka memasukkan segenggam uang yang telah diremukkan,
berbagai nilai. Menetes air mata. Mereka begitu bersahaja dan dengan segala
keadaan tetap berbagi. Seolah-olah apa yang mereka bagikan itu kelak akan menjadi saksi dihari akhir kelak. Dan tentu saja banyak pendonasi yang membuat gue terpukau dengan kedermawanan mereka. Semoga Allah yang membalas segala kebaikan mereka.
Saat selesai menunaikan sholat
dhuha, gue kembali menyebarkan sunduq. Kali ini gue berkeliling disekitar IRTI
dan pintu masuk Monas melalui Patung Kuda. Saat itu, turunlah hujan halus,
mengiringi doa-doa para Ulama. Seolah-olah mengaminkan segala permintaan para
orang-orang shalih yang berdoa untuk kemerdekaan dan keselamatan Palestina.
Kali ini berbeda, saat masa
beranjak pulang, posisi gue berada ditengah-tengah masa yang akan pulang melewati
gerbang patung kuda. Lagu “Untukmu Palestina” dari Shoutul Harakah menggema
dilangit Jakarta. Saat itu gue bergidik, seluruh tubuh merinding, bahkan kaki
terasa tak bertenaga menyaksikan ribuan bendera Palestina mewarnai pandangan,
dan serentak bergerak ke arah gue berdiri. Tiba-tiba airmata ini mengalir deras. Entah kenapa,
Allah menyisipkan perasaan yang sangat haru, hingga tulisan ini gue turunkan
tetap saja air mata mengalir mengenangkan jutaan umat Islam Indonesia bersatu,
bersama membela Palestina.
Jutaan umat islam yang seharusnya bisa bersantai
dengan keluarga dihari minggu, bisa bertamasya, bisa tidur sampai siang, bahkan
mungkin bisa berbelanja senang ke mall-mall, atau melaksanakan aktifitas
duniawi lain, tapi mereka bersama, berlelah, berdesakan, untuk mengikuti Aksi
Bela Palestina. Menuntut Laknatullah Israel membebaskan Palestina, Mentuntut
Laknatullah Trump mencabut pernyataannya, dan tentu saja Berdoa bersama untuk
Kemerdekaan Palestina. Mereka pun meneteskan airmata saat doa-doa suci dilantunkan. Mereka berdiri, duduk dan menadahkan tangan bersama bermunajat pada Allah SWT untuk kemenangan atas perjuangan Palestina.
Saat pulang dari aksi ini pun Monas yang tadinya disesakin jutaan umat Islam, mustahil kalo tidak memiliki sampah. Tapi Masya Allah, karna kecintaan umat Islam kepada kebersihan, ketertiban dan keindahan, tidak ada satupun rumput-rumput dan taman yang kotor dan penuh sampah berserakan. Para relawan-relawan dengan senang hati memungut sampah, sampai ketitik-titik yang bahkan tidak terduga. Hingga akhirnya, para pejuang kebersihan dari PEMDA DKI pun tidak terlalu berat untuk membersihkan sampah.
Satu lagi, aksi ini bukan sekedar berjuang membela Palestina. Disitu ada silaturahim, ada ukhuwah ada kasih sayang. Tidak ada dari peserta yang kelaparan, karna banyaknya makanan yang tersebar dari hamba-hamba Allah, yang siap berbagi meringankan sesama manusia. Ada puluhan mobil untuk wudhu yang telah disiapkan untuk membantu para jemaah untuk tetap terjaga wudhunya dan menunaikan sholat Dhuhanya. MasyaAllah nikma manakah yang kamu dustai?
Semoga benar, Indonesia adalah negeri yang dirahmati Allah dan negeri yang kelak selalu membantu perjuangan Palestina. Amin ya Allah. Semoga Allah terus memberi berkah dan kebaikan bagi umat Islam Indonesia. Semoga Allah SWT jualah yang akan memenangkan hati-hati para pemimpin kita untuk menjadikan Indonesia Negeri yang diridhoi Allah. Amin ya Allah.
note: Foto-foto diblog ini diambil dari google, karna tidak sempat mengabadikan sendiri. karna terlalu menikmati moment ini dalam hati dan mata :)