Rabu, 28 Juli 2010

AL-KHANSA’ BINTI AMRU (Nora Trisna)

Cantik, cerdas, cerdik bahkan sangat jago dalam bersyair. Dia juga sangat dikenal dikalangan bangsa arab. Who is she? Begitu hebatkah wanita yang satu ini? Apakah kelebihan lainnya yang pantas kita ketahui sehingga menjadi inspirasi kita? Bagaimanakah dia mampu membuat dirinya menjadi seorang ibu yang layak diacungi jempol? Semuanya akan terjawab setelah membaca buku ini.
Al-Khansa’ binti Amru adlah seorang wanita tua yang memilki semangat juang yang luar biasa. Pada zaman jahilliyah ia terkenal sebagai penyair yang ulung dalam memainkan kata-kata. Khansa juga pintar dalam pemerintahan dan kerja-kerja yang membutuhkan ketangguhan dan ketegaran. Ketika bergabung dengan islam, kelebihan yang dimlikinya dimanfaatkan dan lebih dasyat lagi. Karna semua yang dilakukannya untuk kepentingan Islam agama Allah. Bahkan Rasullullah pernah berkata “Khiyarukum fil jahiliyah, Khiyarukum fil islam”, “sebaik-baik kamu dimasa jahiliyah maka menjadi sebaik-baik pula dimasa Islam. Kita lihat saja sahabat naabi Umar Bin Khatab, Khalid bin Walid, Abu Sofyan dan seorang wanita Qurays Hindun yang ketika jahiliyah sangat benc pada Islam, namun ketika Hidayah Allah menyentuh mereka, mereka menjadi border terdepan umat Islam.
Sebuah kisah yang paling fenomenal adalah tentang keikhlasannya terhadap pengorbanannya untuk Da’wah Islam. Dari pernikahannya, ia melahirkan 4 orang anak laki-laki. Keempat anaknya, ia didik dan diajarkan untuk teguh pada Agama Allah dan Rasulnya. Anak-anaknya diajarkan untuk berani tanpa takut jika sewaktu-waktu peperangan datang menghadap mereka. Baginya hidup mulia atau syahid di jalan-Nya adalah hal yang paling utama. Anak-anaknya ia infaqkan untuk kemenangan islam.
Ketika 4 orang anaknya tumbuh, perang terus terjadi antara umat muslim dan musuh Allah. Saat kekhalifahan Umar Bin Khatab memimpin, umat muslim menghadapi serangan Persia. Perang di percayakan khalifah untuk dipimpin oleh Sa’ad bin abu Waqqash. Sahabat nabi yang menjadi panglima besar dalam berbagai perang. Semangat yang senantasa Khansa berikan pada ke empat anaknya, membuat mereka begitu semangat menerima panggilan perang itu.
Mereka ingin turun kemedan perang semua. Namun ada perselisihan diantara mereka. Kakan yang pertama ingin 3 orang adiknya dirumah mendampingi ibunya tercinta. Namun mereka semua ingin terjun kepeperangan. Sang ibu pun turun untuk menengahi mereka. Nasehat yang luar biasapun mereka dengar dari seorang wanita tua yang sudah membesarkan mereka dengan cinta dan keikhlasan dalam berkorban. Diantara nasehat yang terkenal adalah,
“Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah dan sempurnakanlah kesabaran itu, dan teguhkanlah kedudukanmu dan patuhlah kepada Allah, agar alian menjadi orang yang beruntung.”(QS Ali Imran 200)”
“Bersabarlah dan kuatkanlah kesabaran kalian, dan tetaplah bersiap siaga penuh, dan bertaqwalah kepada Allah supaya kalian beruntung. Jika perang berkecamuk, terjunlah kalian kedalamnya. Bersabarlah sejak awal, dengan begitu kalian akan mendapatkan yang mulia di dunia dan bahagia dinegeri akhirat nan kekal abadi”
Perang yang terjadi saat itu sangat tidak imbang. Dimana umat muslim hanya berjumlah 41.000 sedangkan pasukan Persia berjumlah 200.000 orang. Namun hal itu tak menyurutkan semangat umat muslim untuk terus melaju meraih gelar tertinggi dalam agama. Syuhada. Ya, itulah yang mereka cari. Mereka yakin pertolongan Allah pada orang-orang yang beriman akan menyertai mereka.
Tak terkecuali putra-putra Khansa. Mereka bergantian turun kemedan perang. Masing-masing anak Khansa turun dengan bersyair. Diawali dengan putra pertama’
“Wahai saudara-saudaraku! Ibu kita telah banyak berjasa dan berpengalaman, semalam ia telah menyerukan kita dan membekali dengan nasehat. Semua mutiara keluar dari bibirnya, jelas dan bermanfaat. Insya Allah akan kitabuktikkan sebentar lagi.”
Setelah putra pertama syahid, anak kedua kemudian menyusul kakaknya dengan syair,
“Demi Allah kita tidak akan melanggar nasihat ibunda kita Nasihatnya wajib kita taati dengan ikhlas dan sepenuh hati segeralah bertempur. Segeralah bertarung menggempur musuh bersama-sama hingga kau lihat keluarga Kaisar kan musnah”
Setelah putra kedua syahid, putra ketiga pun menyusul kakaknya dengan syair,
“Sungguh bunda kita kuat tekadnya, tegar dan tak goyah oleh apapun jua. Beliau goyah jiwa kita agr cekatan dan brilian. Itulah nasihat seorang ibu yang sangat mengharap kemuliaan anak-anaknya. Mari! Segera masuki medan tempur ini. Segera kuatkan pertahanan diri raih kemenangan yang pasti membahagiakan hati atau carilah kematian untuk mewarisi kehidupan nan abadi”
Setelah kakaknya syahid semua, putra keempat Khansa turun dengan semangat menggelora dan menyemangati diri dengan syair,
“Jangan sebut diriku puta Khansa. Tak layak aku disebut jantan dan bukan pula anak Amru kalau aku tidak bisa membuat pasukan asing yang berduyun-duyun itu terjungjal binasa dan musnah dalam tebasan senjataku.”
Khansa mengikhlaskan anak-anaknya menjadi senjata islam dalam perang kali ini.ialah ibu para Mujahid yang mengorbankan diri mereka untuk jalan Allah. Khansa pun menjadi mujahidah yang berada di pasukan wanita. Mereka menghalau musuh yang masuk kepertahanan wanita. Khansa juga sebagai perawat umat muslim yang terluka. Mendengar anak-anaknya syahid semua Khansa dengan tenang memuji Sang Khaliq yang mengabulkan do’anya. Dia pulang meninggalkan mayat ke 4 putra nya dilembah Al Qadisiyah. Dia bangga telah berpartisipasi dalam Job Jihad.
Ibroh:
Sekali lagi kita melihat pengorbanan ibu yang tulus dan luar biasa terhadap Islam. Anak-anak yang berkharakter jihad lahir dari rahim yang luarbiasa. Anak-anak pun akan jadi apa dewasanya akan seperti didikan orang tuanya. pengorbanan anak yang luarbiasa akan tercipta dari sejauh mana sang ibu mengajari akan nilai-nilai islam dalam jiwa anak. Mari didik anak-anak kita menjadi pribadi yang gagah berani. Dan sebagai anak, lakukan yang terbaik untuk mampu memberi kebanggaan untuk orang tua.