Akhirnya gue beranikan diri
menulis tulisan ini. Banyak penumpukan
yang tercipta di otak gue, hingga menuntut gue harus menuliskan semuanya di
lembar blog ini. Hehehe, sebenernya gue juga bukan yang tau semuanya, tapi gue
hanya ingin menuliskan isi otak gue yang udah over load dan harus segera ditumpahkan kedalam rangkaian kata-kata.
Fenomena hari ini sungguh mengejutkan. Gue miris banget sama keadaan
perpolitikan Indonesia. Terutama pada PKS. Hahaha, bukan karna gue seorang
kader. Eh, gue juga belum jadi kader kok. Jadi gue hanya seorang yang mencintai
dakwah, mencintai perjuangan, mencintai agama, dan tentu saja mencintai ukhuwah
islamiyah yang gue temukan semua dari partai ini. Bukan karna gue sotoy alias
sok tau juga, tapi jujur gue ngerasa kalo orang-orang yang berada di partai ini
bukanlah orang sembarangan. Bukan orang yang asal comot, trus jadi pemimpin,
penasehat, coordinator, caleg, bahkan mentri. Mereka melakukan pengkaderan
dengan tahap dan seleksi yang bertingkat
(sotoy lagi). So, gue yakin dan percaya, output dari partai ini pastilah cukup
bagus. Ya tentu saja selayaknya manusia normal, mereka ada kelemahan dan
kekurangannya.
Gue dulu, sempat bekerja di
kantor DPP partai ini selama beberapa
bulan. Sebenernya bukan sebagai kadernya ya, tapi sebagai karyawan yang
mengelola satu unit usaha PKS. Yah, walaupun hanya beberapa saat, tapi gue
merasa sangat terhormat bisa berkumpul dengan orang-orang yang selalu
mengutamakan shalat tepat waktu dan berjamaah, mengutamakan Alqur’an disetiap
aktifitas mereka, dan mereka selalu mengutamakan ibadah-ibadah lainnya, sebagai penopang segala keputusan
mereka. Dalam arti kata, mereka selalu melibatkan Allah dalam setiap aktifitas
mereka. Shalat mereka yang panjang dan bacaan mereka yang tartil, bikin gue
sadar, kalo ternyata dibumi Allah ini masih banyak orang-orang yang tunduk dan
takut pada Allah SWT. Bahkan, dalam kekurangan, seorang Ustadz yang cukup
berumur, dengan matanya yang hanya mampu melihat sebesar 30%, selalu menyerukan
asistennya untuk membacakan ayat-ayat Al-Qur’an diwaktu senggangnya. Hal ini dilakuin oleh Ustadz ini, hanya agar
dia selalu dekat dengan Allah dengan ayat-ayat Allah. Bikin gue malu dengan
indra yang sehat yang ada pada diri gue. Waktu itu seorang Ustadzah yang
awalnya gue kenal hanya melalui media sepak terjangnya, ternyata aslinya jauh
lebih baik. Pernah kami shalat berjamaah, dan beliau menjadi imamnya (untuk
akhwat), dan gue terkesima dengan bacaan yang indah, tartil, dan sangat sesuai
dengan tajwid serta rukun shalat. Dia juga seorang ibu yang berhasil mendidik
anak-anaknya dengan baik walau sibuk dalam berdakwah. Terbukti, anak-anak
mereka banyak yang telah berhasil mengkhatam hafalan Al Qur’an. Bahkan semua laki-laki yang ada digedung itu,
diwaktu jam shalat masuk, wajib turun kelobby dan shalat berjamaah. Mau pemimpin
partai, satpam, OB, tamu, pokoknya semua laki-laki yang ada digedung itu, wajib
turun dan bersujud bersama menghadap Allah SWT. Lobby gedung yang disulap
menjadi tempat shalat, selalu penuh setiap harinya oleh orang-orang yang takut
pada Allah.
Apakah orang-orang seperti ini akan
korupsi dengan sadar tanpa rasa takut pada Allah? Apakah mereka “doyan wanita”
tanpa berperasaan seperti seorang pengacara handal ucapkan? Apakah asset mereka
yang jumlahnya miliar mereka dapatkan dengan menipu dan korupsi diberbagai lini
pemerintahan? Apakah manusia dengan hafalan Al Qur’an yang banyak ini, tidak
ingat Allah saat melihat video porno? Apakah mereka yang dilatih untuk
melindungi saudaranya melebihi dirinya sendiri ini, berani mengeroyok wartawan
yang lapar dengan keburukan PKS? Sementara bagi mereka, CUKUP ALLAH YANG TAU
AMALAN MEREKA dan CUKUP ALLAH YANG MEMBALAS MEREKA.
Huwaa, emang sih, manusia itu ada
salahnya juga. Ga ada yang sempurna. Jadi gue ga menafikan kalo mereka
melakukan salah. Tapi, hinaan, bully-an, kekerasan dan tuduhan yang mereka
terima terasa tidak adil. Bahkan KPK
menangkap LHI tanpa surat resmi penangkapan, tanpa bukti dia tertangkap tangan
korupsi 1 miliyar. Bahkan asset PKS yang ada dikantor juga disita setelah
sebelum dengan ke-arogansian mereka datang tanpa membawa surat resmi penyitaan.
Kemarin, gue denger malahan Ust Hilmi Aminuddin juga nyaris terjatuh dan
terdorong, bahkan hampir terpukul oleh ratusan kamera, tripod, dan segala jenis
peralatan wartawan. Bahkan media memberitakan bahwa oknum PKS yang mengeroyok
para wartawan, padahal jelas di videonya, bahwa para tim keamanan PKS,
dikeroyok bahkan mereka lari demi menyelamatkan diri dari pukulan, keroyokan
para wartwan. Masya Allah sungguh tidak adil . Sungguh Allah Maha Tahu
Segalanya. Allahlah satu tempat
berlindung.
KPK yang dulunya gue idolain,
sekarang dimata gue hanya merupakan setumpuk orang yang memainkan perannya demi
melindungi sebagian orang. Bahkan mereka sudah tidak sebersih dulu lagi. 2
petinggi Negara yang jelas-jelas ditetapkan menjadi tersangka, masih bisa
berkeliaran dibumi Allah tanpa berdosa dan tanpa diadili. Sementara Ust LHI
yang hanya ditangkap berdasarkan berita sepihak dan tanpa penyelidikan. Masya Allah.
Kalo begini jadinya, siapa yang akan
dipercaya sama Umat. Tidak salah jadinya sebagian besar masyarakat menganggap
kalo KPK sekarang telah ditunggangi oleh penguasa. KPK jilid III sekarang tidak
sekuat KPK jilid II. Dan gue yakin, mata dunia akan melihat betapa bobroknya system
pembully-an yang ada di Indonesia. Dan gue
juga sangat yakin, doa-doa orang yang terzolimi akan dikabulkan Allah. Mari
saatnya semua kader, simpatisan dan orang-orang yang mendukung partai, berdoa dan memohon pada Allah agar
diberikan keberkahan dakwah.
Gue jadi inget kisahnya seorang
pejuang yang luarbiasa. Bukan kisah super hero layaknya Zorro yang
menyelamatkan kaum miskin dengan harta curiannya. Atau seperti Spiderman dengan
jarring laba-labanya. Tidak! It’s Real. Zainab Al-Ghazali. Beliau adalah
seorang wanita yang juga sempat dibully dengan berkali-kali dijebloskan kedalam
penjara dan ditangkap dirumahnya sendiri, hanya karna dia seorang akhwat yang
memperjuangkan hak-hak muslimah dijaman itu. Begitu juga Syekh Hasan Albana
yang juga meninggal tanpa perlakuan adil. Ketika dia ditembak dan dijebak
ditempat sepi, dia masih bisa menghubungi rumah sakit untuk membawa beberapa
pengawal dan saudaranya yang juga kena tembak. Namun, sekali lagi keadilan
tidak diperlihatkan oleh pemerintah saat itu. Syekh dibiarkan syahid dirumah
sakit, tanpa perawatan dari dokter. Bahkan yang menemaninya saat itulah
sejumlah oknum bersenjata yang bertugas memastikan beliau tewas. Masya Allah. Mereka
adalah orang-orang yang bersedia menukar kematian dengan agamanya. Mereka adalah
orang-orang yang berjuang dijalan Allah, tanpa bayaran pujian, harta dan
kekuasaan. Mereka juga yang membangkitkan ribuan bahkan jutaan Muslim dunia
untuk turut berjuang demi aqidah dan agama mereka.
Kisah mereka itu, mungkin akan
terulang lagi untuk para pejuang PKS ini. Sekali lagi, gue bukanlah kader yang
membela mereka mati-matian. Tapi gue hanya seorang yang tidak tahan dengan
ketidak adilan ini. Namun, kata seorang temen ke gue saat gue minta pendapat
tentang kasus ini, “Saya tidak punya hak dan kemampuan untuk melawan dan
melakukan perubahan. Jadi ya nikmati aja.”. Hah? Nikmatin? Enak aja dia
ngomong. Ya juga sih. Kita yang hanya rakyat biasa ga bisa melakukan apa-apa
untuk para pejuang yang berjuang mati-matian mempertahankan dakwah ini. Tapi setidaknya
kita bisa membela mereka dengan fakta yang benar. Kita juga bisa mengirimkan
doa untuk mereka, agar selalu diberi kekuatan untuk tetep tegar. Karna sungguh,
Allah yang akan menjada agama ini, dakwah ini, dan jalan ini. Gue yakin dan
percaya suatu hari nanti, Allah akan membukakan jalan untuk kebenaran. Amin ya
Rabbal Alamin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar